a footpath

Expand your mind … Broaden your horizon …

Inti Dakwah Para Rasul

leave a comment »

Oleh : Abu Abdullah

Sebenarnya dakwah yang diserukan oleh Nabi kita Muhammad Saw itu intinya adalah sama seperti apa yang diserukan oleh para nabi dan rosul terdahulu, namun bukan berarti bahwa semua agama itu sama benarnya dan sama baiknya, sehingga kita boleh bebas memilih agama yang kita suka sebagaimana apa yang dipahami oleh komunitas islam liberal atau yang lainnya.

Bahwa kesamaan disini adalah kesamaan tujuan dan prinsip, bukan kesamaan praktek dan tata cara di dalam beribadah yang disebut dengan syareat. Karena islam telah datang untuk menyempurnakan dan menghapus syareat para rosul terdahulu. Jadi apa yang dibenarkan di dalam islam maka ditetapkan oleh rosululloh seperti sholat dan puasa dan apa yang bertentangan dihapus oleh Alloh dan RosulNya seperti taubat yang dilakukan dengan bunuh diri pada kaum Musa.

Kesamaanya itu adalah terletak pada ajakan dan seruan untuk hanya beribadah kepada Alloh. Yaitu kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh. Alloh berfirman di dalam ayatnya (An Nahl : 36) dan (Al Baqarah : 256)

Adapun tata cara kufur kepada thaghut adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah :

Pertama: Engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah. Ibadah adalah hak khusus Allah, maka ketika dipalingkan kepada selain Allah, itu adalah syirik lagi bathil. Do’a adalah ibadah sebagaiman firmanNya ta’ala : “Berdo’alah kepadaKu, tentu akan Kukabulkan permohonan kalian, sesungguhnya orang-orang yang menolak beribadah kepadaKu, maka mereka akan masuk nereka Jahannam dalam keadaan hina” (Al Mukmin : 60)

Sedangkan pada masa sekarang, orang meyakini bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik, atau minimal boleh menurut mereka. Padahal demokrasi berintikan pada penyandaran wewenang hukum kepada kedaulatan rakyat atau wakil-wakilnya, sedangkan ini adalah syirik, maka orang tersebut tidak kufur terhadap thaghut dan dia itu belum muslim. Allah ta’ala berfirman berkaitan dengan semua peribadatan diatas : “Itu dikarenakan sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Haq, dan sesungguhnya apa yang mereka seru selain Dia adalah bathil” (Luqman : 30)

Kedua: Engkau meninggalkannya. Meyakini perbuatan syirik itu adalah bathil belumlah cukup, namun harus disertai. Meninggalkan perbuatan syirik itu. Sesungguhnya kufur terhadap thaghut menuntut seseorang untuk meninggalkan dan berlepas diri dari kemusyrikan tersebut. Allah Ta’ala berfirman : “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya : “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian ibadati” (Az Zukhruf : 26-27) dan (Maryam : 48)

Sedangkan orang yang tidak meninggalkan syirik, maka dia itu tidak diangap syahadatnya, karena yang dia lakukan bertentangan dengan apa yang dia ucapkan, Jadi, orang yang tidak meninggalkan syirik, dia tidak kufur terhadap thaghut.

Ketiga: Engkau Membencinya. Orang yang meninggalkan perbuatan syirik akan tetapi dia tidak membencinya, maka dia belum kufur terhadap thaghut. Ini dikarenakan Allah mensyaratkan adanya kebencian terhadap syirik dalam merealisasikan tauhid kepadaNya. Allah ta’ala berfirman tentang Ibrahim as. : “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian ibadati (Az Zukhruf : 26) Kata bara’ (berlepas diri) dari syirik itu menuntut adanya kebencian akan adanya syirik itu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”

Kebencian terhadap syirik ini berbentuk realita, yaitu tidak hadir di majelis syirik saat syirik sedang berlangsung. Sebagai contoh : orang yang hadir ditempat membuat atau mengubur tumbal yang sedang dilakukan, maka dia itu sama dengan pelakunya. Allah ta’ala berfirman : “Dan sungguh Dia telah menurunkan kepada kalian dalam Al Kitab, yaitu bila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk bersama mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya kalian (bila duduk bersama mereka saat hal itu dilakukan), berarti sama (status) kalian dengan mereka” (An Nisa : 140)

Oleh karenanya para shahabat pada masa khalifah Utsman radliyallahu ‘anhu berijma atas kafirnya seluruh jama’ah mesjid di kota Kuffah saat salah seorang diantara mereka mengatakan : “Saya menilai apa yang dikatakan Musailamah itu bisa jadi benar” dan yang lain hadir di mesjid itu tanpa mengingkari ucapannya seraya pergi darinya. (Riwayat para penyusun As Sunan / Ash habus Sunan)

Keempat: Engkau Mengkafirkan Pelakunya. Allah a Ta’ala mengkafirkan para pelaku syirik akbar dalam banyak ayat, diantaranya : “Dan orang-orang yang menjadikan sembahan-sembahan selain Allah, (mereka mengatakan) : “kami tidak beribadah kepada mereka, melainkan supaya mereka itu mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah memutuskan diantara mereka dihari kiamat dalam apa yang telah mereka perselisihkan, sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang dusta lagi sangat kafir” (Az Zumar : 3) dan juga surat (Al Ghofir / Al Mukmin : 117)

Bila Allah mengkafirkan para pelaku syirik, maka orang yang tidak mengkafirkan mereka berarti tidak membenarkan Allah. Alloh Ta’ala juga telah memerintahkan untuk mengkafirkan para pelaku syirik, diantaranya adalah firmanNya : “Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah supaya dia menyesatkan dari jalanNya, katakanlah, “Nikmatilah kekafiranmu sebentar, sesungguhnya kamu tergolong penghuni neraka” (Az Zumar : 8 )

Jadi, takfir (mengkafirkan) para pelaku syirik adalah bagian Tauhid dan pondasi dien ini, bukan fitnah sebagaimana yang diklaim oleh musuh-musuh Allah dari kalangan ulama suu’ (ulama jahat) kakitangan thaghut dan kalangan neo murji’ah. Orang mengkafirkan pelaku syirik bukanlah Khawarij, justeru mereka itu adalah penerus dakwah rasul-rasul. Orang yang menuduh mereka sebagai Khawarij adalah orang yang tidak paham akan dakwah para rasul.

Kelima: Engkau Memusuhi Mereka. Orang yang tidak memusuhi pelaku syirik bukanlah orang yang kufur kepada thaghut, Allah berfirman tentang ajaran Ibrahim as. Dan para nabi yang bersamanya : “Dan tampak antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selamanya hingga kalian beriman kepada Allah saja” (Al Mumtahanah : 4) dan firmanNya ta’ala dalam surat (Al Mujadillah : 22)

Syaikh Muhammad rh mengatakan : [Sesungguhnya orang tidak tegak keIslamnnya walaupun ia mentauhidkan Allah dan meninggalkan kemusyrikan kecuali dengan memusuhi para pelaku syirik…..”] (Syarh Sittati Mawadli Minas Sirah, Majmu’ah Tauhid : 21)

Permusuhan lainnya adalah loyalitas-loyalitas kepada orang kafir. Menafikan (meniadakan) keimanan/tauhid, Allah ta’ala berfirman :“Dan siapa yang berloyalitas kepada mereka (orang-orang kafir) diantara kalian, maka sesungguhnya dia adalah bagian dari mereka” (Al Maidah : 51)

Adapun makna ibadah kepada Allah adalah :

Pertama: Engkau meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Ilah yang berhak diibadati. Orang yang membolehkan tumbal, sesajen, permohonan kepada orang yang sudah meninggal atau meyakini serta memegang system demokrasi berarti dia telah meyakini adanya ilaah yang lain bersama Allah, mereka tidak beriman kepada Allah. Orang yang menyerukan penegakan hukum thaghut atau menyerukan demokrasi, dia itu tidak beriman kepada Allah, begitu juga orang yang menyerukan hukum adat.

Orang yang bertauhid hanya meyakini satu sumber hukum, yaitu Allah Ta’ala. Orang yang bertauhid hanya meyakini satu Dzat yang berhak diibadati. Allah ta’ala berfirman : “Katakanlah ; “Dialah Allah Yang Maha Esa (Al Ikhlas : 1)dan firmanNya :“Janganlah engkau mengangkat dua tuhan, Dia itu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa” (An Nahl : 51)

Sedangkan tuhan-tuhan para ‘Ubadul Qubur adalah banyak, yaitu orang-orang yang sudang mati yang mereka ajukan permohonan (permintaan) kepadanya. Dan adapun tuhan-tuhan para pengusung demokrasi adalah banyak pula, ada tuhan dari Partai A, Partai B, Partai C dan seterusnya. Para pembuat hukum itu adalah tuhan-tuhan mereka.

Kedua: Engkau memurnikan seluruh macam ibadah hanya kepada allah. Allah Ta’ala bukan memerintahkan ibadah kepadaNya, akan tetapi Dia memerintahkan supaya orang hanya ibadah kepadaNya, dan tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya dalam ibadah-ibadah tersebut, sebagaimana firmanNya : “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh Dien (ketundukan) hanya kepadaNya” (Al Bayyinah : 5) juga (Luqman : 22) serta (Al Baqarah : 112)

Syaikh Abdul Lathif Ibnu Abdirrahman rh berkata di dalam minhaj At Ta’sis : “Ayat ini adalah bantahan terhadap ‘ubadul qubur yang menyeru selain Allah dan beristighatsah kepada selainNya, karena penyerahan wajah serta ihsan dalam beramal itu tidak pada diri mereka”

‘Ubadul qubur adalah orang-orang yang mengaku Islam, shalat, zakat, shaum, haji, dsb. Tetapi masih suka meminta kepada orang yang sudah mati, terutama orang shalih atau wali. Maka ‘ubadul qubur adalah kaum musyrikin.

Perkataan seseorang, ”Saya beriman kepada Allah dan saya bukan musyrik” tidaklah bermanfaat bila ternyata realita syirik ada padanya, oleh sebab itu Al Hasan Al Bashri rh berkata : [Iman itu bukan angan-angan dan bukan dengan hiasan, akan tetapi ia adalah apa yang terpatri didalam hati dan dibenarkan dengan amalan]

Ketiga: Menafikan ibadah itu dari selain allah. Orang yang beriman kepada Allah tidak mungkin memalingkan satu macam ibadahpun kepada selain Allah, karena orang yang memalingkan satu saja ibadah kepada selain Allah, berarti telah meninggalkan Islam. Oleh sebab itu Allah ta’ala memerintahkan kepada nabi Saw untuk mengatakan kepada orang-orang kafir : “Aku tidak beribadah kepada apa yang kalian ibadahi” (Al Kafirun : 2).

Keempat: Engkau Mencintai Dan Loyal (Wala) Kepada Orang Yang Bertauhid. Orang yang beriman kepada Allah pasti mencintai dan loyal kepada orang yang bertauhid, karena mereka memiliki ikatan persaudaran diatas dien ini, Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Al Hujurat : 10)

dan firmanNya dalam surat (At Taubah : 71)

Oleh sebab itu tidak mungkin orang mukmin mendukung orang-orang kafir dalam rangka menghancurkan kaum muslimin karena itu bertentangan dengan wala (loyalitas) terhadap kaum muslimin.

Kelima: Engkau membenci pelaku-pelaku syirik dan memusuhi mereka. Allah mengatakan tentang ucapan para rasul semuanya yang harus kita ikuti : “Dan tampaklah antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sehingga kalian beriman kepada Allah saja…” (Al Mumtahanah : 4)

Orang yang tidak membenci dan tidak memusuhi pelaku syirik adalah orang yang tidak beriman kepada Allah.

Wallahu a’lam.

Sumber: Abu Bakar Ba’asyir Center

Written by afootpath

November 22, 2008 at 9:16 pm

Posted in Aqidah

Tagged with , , , ,

Leave a comment